Selasa, 13 Desember 2016

menggugat peran mahasiswa

Menggugat Peran Mahasiswa Saat Ini


Sumber : http://www.sorgemagz.com/menggugat-peran-mahasiswa-saat-ini/#.WFDu8LJ96Uk
86capitalist
Itu tahun 1998. Tepatnya menjelang akhir tahun pada masa  itu. Tahun kegelapan bagi negeri ini. Tahun dimana inflasi melanda negeri tercinta dan tahun dimana gejolak ekonomi yang begitu memporak-porandakan stabilitas ekonomi bangsa. Itu tahun 1998,  banyak demonstrasi terjadi di ibukota negeri, gejolak amarah rakyat dan mahasiswa menyatu dalam balutan satu kata: “Reformasi”.
Ya, 1998 adalah tahun yang kelam sekaligus tahun keemasan. Bisa dikatakan pada masa itu merupakan tahun transisi yang dilematis. Tahun kelam didasari dari banyaknya peristiwa kelam, mulai dari ketimpangan ekonomi antara si kaya dan si miskin, ketidakadilan hukum bagi rakyat, meroketnya harga Dollar dan Rupiah pun tenggelam, serta inflasi yang berujung pada tuntututan rakyat untuk me-reformsemua kekacauan ini.
Sedangkan tahun keemasan didasari dari adanya satu memori yang sangat penulis ingat dan sangat penulis banggakan yaitu para mahasiswa yang begitu progresif menentang ketidakadilan sang penguasa saat itu. Penguasa yang menjajah bangsanya sendiri, penguasa yang tuli akan kesengasaran rakyatnya, penguasa yang tidak perduli bagaimana sakitnya mereka dan penguasa yang penuh ketamakan akan harta. Ketamakan yang berlanjut pada keserakahan kepemimpinan yang hanya ingin dikuasainya tanpa mau menghiraukan bagaimana cara menyelamatkan negeri.
Tetapi justru penyelamatan itu pun dilakukan dengan perjuangan mahasiswa. Perjuangan yang dianggap sebagai suatu gerakan sosial (social movement) yang berdasarkan kehendak bulat mahasiswa. Sehingga menimbulkan tanda tanya besar, mengapa dan bagaimana mahasiswa mampu bersatu sebegitu eratnya? Hal ini menjadi pertanyaan yang patut kita amati lebih dalam dimana mahasiswa memiliki semangat juang yang sangat hebat. Dengan jiwa mudanya mahasiswa mampu merubah stigma negatif masyarakat yang mengatakan bahwa mahasiswa hanya bisa melakukan aksi anarkis semata menjadi mahasiswa yang sejati yang peduli dan peka akan nasib bangsa ini.
Bagaimana dengan sekarang? apakah mahasiswa sekarang juga masih memiliki semangat juang yang begitu besar? Apakah mahasiswa saat ini senantiasa memiliki pemikiran kritis yang dapat menggoyangkan pemerintahan? Atau hanya mahasiswa yang terlena akan nikmatnya menjadi mahasiswa tanpa mampu memberikan hal positif bagi bangsa ini. Dimanakah mereka?
Sangat miris rasanya jika kita sebagai mahasiswa tidak memiliki pemikiran yang kritis untuk memberikan sumbangsih ilmu yang solutif untuk kemajuan bangsa ini. Diperparah lagi mahasiswa sangat apatis akan isu-isu yang ada disekitarnya tanpa mau merespon bagaimana mencari dan memberi cara dalam memecahkan masalahnya. Hal inilah yang hanya bisa membuat kelamnya wajah pendidikan tinggi kita saat ini.
Memaknai Tri Dharma                                     
Sebagai acuan kontruktif bagi seorang mahasiswa sebenarnya sudah terletak pada Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dharma yang memberikan tafsiran yang begitu luas akan bagaimana hakikat sebenarnya sosok mahasiswa yang ideal. Dharma yang mengandung nilai-nilai yang begitu luhur. Tri Dharma lahir dari pemikiran yang dicetuskan oleh  Prof. Ir. Soehadi Reksowardojo yang di dalamnya terdiri dari dharma pendidikan, dharma penelitian dan dharma pengabdian.
Dharma Pendidikan sebagai tugas pokok dari seorang mahasiswa yang memberikan hal yang sangat urgen akan pentingnya pendidikan. Dimana mahasiswa sebagai insan akademis yang mampu hal ini sebagaimana tertuang dalam Pasal 13 ayat (1) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012  Tentang Pendidikan Tinggi di jelaskan bahwa “Mahasiswa sebagai anggota Sivitas Akademika diposisikan sebagai insan dewasa yang memiliki kesadaran sendiri dalam mengembangkan potensi diri di Perguruan Tinggi untuk menjadi intelektual, ilmuwan, praktisi, dan/atau profesional.”
Dari penjelasan tersebut dapat kita pahami bahwa kedudukan dan hakikat mahasiswa sangat urgen bagi kemajuan bangsa ini, tidak hanya menjadi calon intelektual muda yang dapat memberi ide segar dalam membangun negeri tetapi juga menjadi ilmuwan serta praktisi di semua lini, begitu pula dengan profesi-profesi lainnya.
Dharma Penelitian mengisyaratkan bagi kita bahwa sebenarnya mahasiswa dapat meneliti dalam studinya dan bereksperimen di lingkungan sosialnya untuk mencari dan menggali sesuatu yang baru yang dapat bermanfaat bagi orang lain.
Dharma Pengabdian sebagai pondasi utama mahasiswa yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dunia sosial dituntut harus selalu memberikan kontribusinya bagi lingkungan sekitarnya baik dari segi aspek moril dalam membangun daerah maupun dari segi materil yang dimilikinya.
Ketiga dharma tersebut jika diimplementasikan oleh sosok mahasiswa secara menyeluruh maka ia akan selalu memberikan manfaat dimanapun dan kapanpun ia berada.
Hal Kecil Itu Perlu
Ada pepatah yang mengatakan “dari satu langkah kecil, dapat menghasilkan ribuan kilometer yang dilewati”. Begitu pula dalam hal pribadi seorang mahasiswa yang selalu berfikiran maju mendorong mahasiswa dapat selalu menjadi agen perubahan (agen of change).
Para agen of change tersebut dalam membuat langkah kecil dapat dilakukan berawal dari memberikan ide-ide brilian dalam mengatasi masalah yang dihadapai sehingga semua akan bermuara pada satu sistem gebrakan yang solutif dan inovatif.
Oleh sebab itu hal kecil itu perlu, kita jangan menganggap remeh suatu tindakan kecil yang kita lakukan sebab yang kecil itu lebih bermakna jika dilakukan dengan dasar ikhlas berbagi dibandingkan dengan sesuatu yang besar namun hanya mengharapkan imbalan yang diberikan tanpa mengedepankan aspek sosial.
Mahasiswa saat ini adalah generasi penentu perjalanan bangsa di masa mendatang. Dengan langkah kecil dari mahasiswa sekarang, akan sangat menentukan bagaimana arah kemajuan bangsa ini. Langkah kecil tersebut dapat dilakukan dengan berkontribusi yang berawal dari tingkat yang paling rendah mulai dari lingkungan sekitar hingga tataran kampus, daerah, hingga nasional.
Hal ini memberikan gambaran bahwa kita harus memiliki konsep perubahan yang baik. Salah satu konsep tersebut adalah konsep yang pro-rakyat. Artinya segala tindakan yang kita lakukan sudah sewajarnya harus melihat segi positif yang mendukung kepada kebaikan rakyat agar nantinya tidak terjadi ketimpangan sosial yang diberikan oleh pemerintah kepada rakyat.
 Meskipun masa telah berlalu kita jangan hanya terbuai oleh kegemilangan perjuangan generasi mahasiswa 1998 saja tetapi kita harus mampu merubah itu semua dengan cara kita sendiri, cara yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama yaitu membangun bangsa ini menjadi lebih baik.
Sangat naif rasanya jika kita hanya mampu membangga-banggakan generasi tersebut tetapi kita tidak memberikan apa-apa bagi bangsa ini sebab mahasiswa sangat memiliki peranan yang besar bagi kemajuan bangsa ini jadi, jika kita belum dapat memberikan nilai lebih maka peran sebagai mahasiswa patut dipertanyakan. Oleh sebab itu perubahan tidak akan terjadi tanpa kita mau memulai untuk merubahnya. Ayo bangkit mahasiswa, bangkit rakyat indonesia ! []

Penulis adalah Alumni Sekolah Hak Asasi Manusia Untuk Mahasiswa (SeHAMA Angkatan V) KontraS Jakarta dan Siswa Basri Daham Journalism Institute (BJI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Lhokseumawe, Saat ini aktif di BEM Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh.

Realita Mahasiswa saat ini

Realita Mahasiswa Saat Ini : Integritas VS Pragmatisme. Apakah Menjawab Tantangan Bangsa di Masa Depan?


Sumber : http://ferlyprogresif.blogspot.co.id/2013/06/realita-mahasiswa-saat-ini-integritas.html
Mahasiswa adalah kaum intelektual yang memiliki visi, misi dan tujuan yang ideal dalam membangun bangsa, segala tingkah laku dan perbuatannya pun didasarkan pada kaidah ilmiah dan menggunakan akal pikiran yang jernih dan komprehensif, meskipun pada kenyataanya tidak semua mahasiswa seideal itu, namun itu semua menjadi tolak ukur dan pandangan ke depan agar seluruh mahasiswa di Indonesia menjadi calon pemimpin yang ideal yang akan memimpin bangsa ini dimasa yang akan datang.

Masih teringat dipikiran dan hati kita bagaimana peran andil mahasiswa pada saat rezim orde baru berkibar dinegeri ini, yang pada saat itu tidak ada seorang pun yang berani bertindak bahkan bicara pun sangat sulit dilakukan, namun apa yang dilakukan mahasiswa pada saat itu guna menstabilkan kembali stabilitas politik yang sampai saat ini termaktub dalam pembukaan UUD 1945 sebagai cita-cita dan pandangan bangsa indonesia? Apakah mereka diam dan hanya menyaksikan dari tirai dinding yang jauh?. Ataukah mereka hanya mengangguk dan setuju pada setiap keputusan dan kebijakan yang dibuat pemerintah?. Jawabannya adalah TIDAK. Tidak untuk diam, tidak untuk terpaku dan mengalah pada keadaan yang seharusnya mereka perjuangkan dalam membangun bangsa dan untuk rakyat yang telah membesarakan nama dan jiwa mereka dimasyarakat.



Tidak mudah dan sangat mustahil bangsa ini akan maju dan berkembang tanpa ada peran andil dan keikutsertaan masyarakat khususnya mahasiswa dalam membangun bangsa, semua cita-cita dan tujuan mustahil dapat terlaksana apabila antar mahasiswa itu sendiri tidak bersatu atau bahkan terpecah belah, disinilah kepemimpinan mahasiswa harus dilatih, dikembangkan dan dipraktekan. Tanpa teori mengenai kepimimpinan maka praktek pun tidak akan berjalan, dan sebaliknya praktek tanpa teori kepemimpinan tidak akan berarti dan sia-sia karena segala tingkah laku dan perbuatan tidak sesuai dengan norma yang ada dimasyarakat, disinilah makna dari pentingnya sebuah manajemen kepemimpinan mahasiswa dalam membangun bangsa yang madani.


Realita Mahasiswa Saat Ini
Paradigma yang saat ini lebih dominan beredar di mahasiswa Indonesia sebagai insan akademik adalah “Lulus cepat, langsung kerja.” Sehingga yang sering terjadi adalah penanggalan peran penting mahasiswa sebagai pengabdi masyarakat, seperti yang dituangkan dalam Tridharma Perguruan Tinggi. Paradigma ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi dan pendidikan Indonesia yang sedang terpuruk.

Orientasi mahasiswa saat ini lebih pragmatis ketimbang idealis ditambah lagi budaya individualis yang terus mengakar dan merasuk dalam kepribadiannya. Konsekuensi logis dari kentalnya orientasi ini adalah terpolanya perilaku-perilaku oportunistis yang negatif. Mahasiswa saat ini masih berpikir, “Bagaimana cara yang instan untuk mendapatkan nilai yang baik?” Pemikiran seperti demikian telak sekali adaptasi dari hukum ekonomi klasik, “Dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.” Akhirnya jalan-jalan culas pun dihalalkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal bagi kepentingan pribadi. Ironinya ketika kita melihat seorang aktivis pembela mahasiswa dan rakyat kecil dari jeratan koruptor yang setelah melakukan aksi, mereka mencontek saat ujian. Inilah sebuah fenomena yang disebut-sebut sebagai bibit-bibit koruptor.

Fenomena lain adalah polarisasi antara kegiatan akademik dan organisasi. Jarang sekali ada mahasiswa yang dapat menjalankan dua kegiatan ini dengan baik. Mahasiswa yang memiliki pilihan ekstrim terhadap kegiatan akademik (study oriented) kurang bisa memberikan kontribusi riil kepada masyarakatnya. Dalam menjalani kehidupan pasca-kampus, seorang mahasiswa yang study oriented kurang memiliki kecakapan untuk dapat bekerja secara tim, sehingga saat ini banyak perusahaan yang memiliki persyaratan khusus mengenai riwayat organisasi. Dalam titik ekstrim yang lain, mahasiswa yang organization oriented juga memiliki permasalahan krusial. Dengan fokus yang sangat berlebihan terhadap kehidupan berorganisasinya, mahasiswa tipe organization oriented ini tidak memiliki prestasi akademik yang baik, atau dalam sebuah guyonan sering dikatakan ‘nasakom’ (nasib IPK satu koma).

Permasalahan bangsa ini adalah krisis integritas. Tak hanya mahasiswa masyarakat pun banyak yang belum memahami apa itu integritas. Mahasiswa itu dikatakan beritegritas, ketika mahasiswa kembali menumbuhkan hati nurani mereka. Karena disitulah kejujuran yang akan bicara, nilai-nilai dan keputusan-keputusan mulia akan muncul, tidak ada lagi yang namanya ego, kepentingan, nafsu, kepentingan kedudukan yang membuat nilai-nilai mulia itu tersingkirkan. Yang terjadi kalau mahasiswa tidak dipersiapkan. Mahasiswa akan menjadi talent full yaitu tempat dikumpulnya orang-orang berbakat dimasa depan oleh kekuasaan atau partai politik. Mahasiswa akan mudah dimanfaatkan dan dikaderisasi mengenai hal-hal yang menyimpang yang selama ini ada dan diteruskan oleh mahasiswa.

Peran mahasiswa sebagai pemimpin strategis masa kini dan masa depan.
salah satu inti dari pemimpin adalah pengaruh. Mahasiswa yang memiliki sebuah status elegan dalam struktur masyarakat memiliki pengaruh yang sangat strategis. Sebagai middle class, mahasiswa merupakan elemen penting pengontrol kebijakan pemerintahan. Selain itu, mahasiswa merupakan pengabdi masyarakat yang diamanahkan sebagai pembina bangsa melalui aplikasi ilmu yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat, khususnya rakyat kecil.

Namun problematika yang ada saat ini adalah, apakah kita sebagai mahasiswa bisa dan mampu menjadi pemimpin masa depan yang ideal, yang memiliki pandangan jauh kedepan dan memiliki idealisme dalam membangun bangsa?. Jawabannya ada pada diri kita masing-masing, sejauh mana kita telah membangun kepemimpinan yang ada pada diri kita dan memaksimalkan semua potensi yang ada, semua itu akan kembali kepada pribadi kita masing-masing dan menjadi motivasi yang akan membangun kepemimpinan mahasiswa dalam jiwa dan raga mahasiswa itu sendiri karena yang akan menjalankan semua itu adalah kita sendiri, bukan tugas seorang dosen, orangtua atau bahkan pemerintah. Semua itu adalah tugas yang harus ditempuh kita sebagai mahasiswa dalam membangun dan memimpin bangsa dimasa yang akan datang.

Pandangan visioner di atas tidak terlepas dari langkah konkrit yang harus ditempuh mahasiswa dalam mengasah kepemimpinannya untuk terjun dalam realita keterpurukan bangsa ini. Mahasiswa harus memilih jalan sebagai pembuat solusi ketimbang masalah. Kampus sebagai habitat mahasiswa harus menjadi laboratorium kepemimpinan, membentuk kepribadian yang mengintegrasikan potensi intelektual, fisikal, dan spiritual. Dispolarisasi antara akademik dan organisasi harus diwujudkan sebagai langkah strategis. Penguasaan keilmuan harus menjadi pedoman mahasiswa dalam mengorganisasikan pergerakannya. Akhirnya, dimanapun berada mahasiswa harusnya menciptakan sinergisitas dengan semua elemen masyarakat yang ada di atasnya maupun di bawah mereka agar benar-benar menjadi pemimpin yang strategis pada masa kini, terutama masa depan bangsa. (FF)


Hidup Mahasiswa...!!!
Hidup Rakyat Indonesia....!!!

Problematika yang di Alami mahasiswa

Masalah dan Solusi Dalam Konteks Mahasiswa Saat Ini

Sumber : http://www.lppmnuansa.org/2015/11/masalah-dan-solusi-dalam-konteks.html
Sumber gambar: livescience.com

Oleh: Muhammad Muzakki

“Hidup ini penuh dengan masalah,” ungkapan itu sering diucapkan. Memang itu faktanya bahwa hidup ini penuh dengan masalah. Orang yang dilihat sudah mempunyai segalanya pun masih punya masalah. Entah itu masalah kecil ataupun besar, seseorang pasti punya masalah. Sebagian orang akan berungkapan “Kenapa harus ada masalah?”

Ketika mendengar kata masalah akan terlintas pemikiran tentang apa permasalahan tersebut dan bagaimana cara menyelesaikannya. Melihat pengertian masalah sendiri, masalah dapat diartikan sebagai suatu hal yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Dari pengertian itu masalah biasanya dianggap sebagai suatu keadaan yang harus diselesaikan. Masalah disadari “ ada “ saat seorang individu menyadari keadaan yang ia hadapi tidak sesuai dengan keadaan yang ia inginkan. Masalah juga dapat diartikan sebagai suatu beban ketika individu diberikan beban, individu akan berusaha untuk menghilangkan beban tersebut. Masalah juga dapat dianalogikan sebagai suatu belokan ketika individu mengharapkan jalan yang lurus. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa masalah merupakan sesuatu yang tidak diharapkan individu, ketika individu mendapatkan maupun mengetahui ada sebuah masalah akan muncul keluhan, yaitu sebuah ekspresi yang menggambarkan kondisi emosional individu. Ada banyak ekspresi yang timbul ketika ada masalah. Ekspresi sedih, marah, bingung, bahagia, kalem semuanya mungkin saja timbul sesuai dengan posisi individu atau kelompok mengenai masalah tersebut. Individu atau kelompok yang berada di luar lingkaran masalah akan berbeda ekspresi dengan yang berada di dalam masalah.

Suatu permasalahan akan selesai atau terus menerus membebani tergantung kepada subjek yang berada di dalamnya. Dalam sebuah masalah akan terdapat komponen. Komponen yang dimaksud adalah akar, batang, dan buah permasalahan. Di mana akar adalah pemicu sebuah masalah sedangkan batang adalah efek domino akibat dari akar dan buah adalah puncak permasalahan yang menjadi beban paling berat yang dirasakan. Ada beberapa pilihan yang sering diambil ketika bertarung melawan masalah. Melarikan diri dari masalah, menghadapi masalah, membiarkan masalah untuk terus menggerogoti batin. 

Dalam konteks mahasiswa saat ini yang sedang terjadi adalah mahasiswa adalah sosok pemuda. Sosok pemuda identik dengan semangatnya yang berkobar, tapi sosok pemuda juga sedang dalam proses mencari jati dirinya. Mahasiswa diberikan tugas membuat solusi untuk menjawab masalah yang berada di negara ini demi terciptanya bangsa yang madani. Jika pendapat itu benar maka mahasiswa adalah komponen yang sangat penting. 

Demi terwujudnya cita-cita membangun bangsa yang lebih baik maka sosok mahasiswa harus menjadi kaum intelektual yang memiliki visi, misi, dan tujuan yang ideal dalam membangun bangsa. Segala tingkah laku dan perbuatannya didasarkan pada kaidah ilmiah dan menggunakan akal pikiran yang jernih dan komprehensif, meskipun pada kenyataannya tidak semua mahasiswa bisa menjadi seideal itu, namun itu semua menjadi tolak ukur dan pandangan ke depan agar seluruh mahasiswa di Indonesia menjadi calon pemimpin yang ideal yang akan memimpin bangsa ini di masa yang akan datang.

Paradigma yang saat ini lebih dominan beredar di mahasiswa Indonesia sebagai insan akademik adalah “Lulus cepat, langsung kerja.” Sehingga yang sering terjadi adalah penanggalan peran penting mahasiswa sebagai pengabdi masyarakat, seperti yang dituangkan dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi. Paradigma ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi dan pendidikan Indonesia yang sedang terpuruk.

Orientasi mahasiswa saat ini lebih pragmatis ketimbang idealis ditambah lagi budaya individualis yang terus mengakar dan merasuk dalam kepribadiannya. Artinya bahwa mahasiswa lebih suka sesuatu yang praktis tanpa mengikuti proses ketimbang sesuatu yang tinggi sulit dicapai butuh proses panjang namun hasilnya maksimal. Konsekuensi logis dari kentalnya orientasi ini adalah terpolanya perilaku-perilaku oportunistis - mengambil keuntungan dari kesempatan yang ada tanpa prinsip - yang negatif. Mahasiswa saat ini masih berpikir, “Bagaimana cara yang instan untuk mendapatkan nilai yang baik?” Pemikiran seperti demikian jelas sekal merupakani adaptasi dari hukum ekonomi klasik, “Dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.” Akhirnya jalan-jalan culas pun dihalalkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal bagi kepentingan pribadi. Ironinya ketika kita melihat seorang aktivis pembela mahasiswa dan rakyat kecil dari jeratan koruptor yang setelah melakukan aksi, mereka menyontek saat ujian. Inilah sebuah fenomena yang disebut-sebut sebagai bibit-bibit koruptor.

Fenomena lain adalah polarisasi antara kegiatan akademik dan organisasi. Jarang sekali ada mahasiswa yang dapat menjalankan dua kegiatan ini dengan baik. Mahasiswa yang memiliki pilihan ekstrem terhadap kegiatan akademik (study-oriented) kurang bisa memberikan kontribusi riil kepada masyarakatnya. Dalam menjalani kehidupan pasca-kampus, seorang mahasiswa yang study-oriented kurang memiliki kecakapan untuk dapat bekerja secara tim, sehingga saat ini banyak perusahaan yang memiliki persyaratan khusus mengenai riwayat organisasi. Dalam titik ekstrem yang lain, mahasiswa yang organization-oriented juga memiliki permasalahan krusial. Dengan fokus yang sangat berlebihan terhadap kehidupan berorganisasinya, mahasiswa tipe organization oriented ini tidak memiliki prestasi akademik yang baik, atau dalam sebuah guyonan sering dikatakan "nasakom" (nasib IPK satu koma).

Mahasiswa harus mampu untuk memiliki integritas tinggi tapi masih banyak yang belum paham apa itu integritas. Tidak hanya mahasiswa masyarakat pun banyak yang belum memahami apa itu integritas. Mahasiswa itu dikatakan berintegritas, ketika mahasiswa kembali menumbuhkan hati nurani mereka, tindakan mereka sesuai dengan apa yang mereka katakan. Karena di situlah kejujuran yang akan bicara, nilai-nilai dan keputusan-keputusan mulia akan muncul, tidak ada lagi yang namanya ego, kepentingan, nafsu, kepentingan kedudukan yang membuat nilai-nilai mulia itu tersingkirkan. Yang terjadi kalau mahasiswa tidak dipersiapkan. Mahasiswa akan menjadi orang-orang berbakat yang dikumpulkan di masa depan oleh kekuasaan atau partai politik. Mahasiswa akan mudah dimanfaatkan dan dikaderisasi mengenai hal-hal yang menyimpang yang selama ini ada dan diteruskan oleh mahasiswa. Memang sangat sulit untuk mewujudkan hal tersebut di era ini. Maka dari itu kita harus belajar bersama, saling tukar pikiran antara satu dan yang lain tanpa memandang status dan gender.

Di samping itu perlulah kita melihat sejauh mana kita telah membangun kepemimpinan yang ada pada diri kita dan memaksimalkan semua potensi yang ada, semua itu akan kembali kepada pribadi kita masing-masing dan menjadi motivasi yang akan membangun kepemimpinan mahasiswa dalam jiwa dan raga mahasiswa . Semua itu adalah tugas yang harus ditempuh kita sebagai mahasiswa dalam membangun dan memimpin bangsa di masa yang akan datang.

Pandangan visioner di atas tidak terlepas dari langkah konkret yang harus ditempuh mahasiswa dalam mengasah kepemimpinannya untuk terjun dalam realitas keterpurukan bangsa ini. Mahasiswa harus memilih jalan sebagai pembuat solusi ketimbang masalah. Kampus sebagai habitat mahasiswa harus menjadi laboratorium kepemimpinan, membentuk kepribadian yang mengintegrasikan potensi intelektual, fisik, dan spiritual. Depolarisasi antara akademik dan organisasi harus diwujudkan sebagai langkah strategis. Penguasaan keilmuan harus menjadi pedoman mahasiswa dalam mengorganisasikan pergerakannya. Mahasiswa harus meningkatkan minat bacanya karena akan membuka pikiran dan menambah wawasan. Akhirnya, di manapun berada mahasiswa harusnya menciptakan sinergitas dengan semua elemen masyarakat yang ada di atasnya maupun di bawah mereka agar benar-benar menjadi pemimpin yang strategis pada masa kini, terutama masa depan bangsa.

Refleksi gerakan mahasiswa

Kemana Arah Gerakan Mahasiswa Sekarang?: Dari Refleksi Menuju Aksi

Sumber : http://indoprogress.com/2015/03/kemana-arah-gerakan-mahasiswa-sekarang-dari-refleksi-menuju-aksi/
Pendahuluan
PADA perayaan ulang tahunnya yang ke-81 di tahun 2006, Pramoedya Ananta Toer mengajukan sebuah pertanyaan yang cukup menarik: mengapa pemuda yang dengan gemilang menyingkirkan rezim Soeharto, tidak menghasilkan tokoh politik nasional? padahal pemudalah yang memberikan kepemimpinan dan energi dalam setiap perubahan penting disepanjang sejarah Indonesia serta tampil menjadi tokoh politik nasional. Mengapa sekarang tidak?.
Pertanyaan tersebut mencoba mencari apa yang terjadi sebenarnya dalam gerakan mahasiswa atau pemuda ini di era reformasi. Para mahasiswa bersama rakyat yang telah berhasil melengserkan Soeharto setelah 32 tahun memimpin pada mei 1998, tidak mampu turut menyingkirkan orang-orang dalam lingkaran orba. Mereka tidak menghasilkan tokoh populis yang menuntun agenda besar revolusi nasional bersama rakyat. Akibatnya gerakan mobilisasi massa yang begitu besar, yang telah dibangun lama dibajak oleh tokoh konservatif yang masih dalam enclave orba seperti Amien Rais, Gus Dur dan Megawati pada detik-detik terakhir. Sehingga agenda reformasi tak mampu mendorong perubahan besar, karena kroni-kroni orba masih tetap bergentayangan di pusat-pusat pengambilan keputusan.
Setelah hampir 17 tahun masa reformasi, banyak sekali kegundahan rakyat terhadap aktivisme gerakan Mahasiswa. Mitos mahasiswa sebagai agent of change menjauh dari realita yang ada. Para mahasiswa lebih senang dan bangga jadi juru keplok (tepuk tangan) di acara-acara TV atau duduk manis di pusat perbelanjaan atau di tempat nongkong modern yang begitu gemerlap dan jauh dari kesulitan hidup rakyat kecil. Di sana mereka dapat leluasa berbicara tentang artis idola, film populer serta trend atau mode pakaian terbaru, dan tak lupa mencibir setiap kali ada demo yang memacetkan jalan atau tak terima ketika upah buruh naik yang membuat para buruh dapat hidup layak.
Di sisi yang lain gerakan mahasiswa dalam organisasi kemahasiswaan cenderung tersandera dengan isu-isu elit yang menyetir media massa nasional. Mereka seringkali terjebak pada romantisme masa lalu, seperti seorang ABG yang ditinggal kekasihnya kemudian gagal move-on. Prestasi bagi mereka adalah ketika berhasil membuat event besar dengan mendatangkan artis papan atas. Kalau begitu apa bedanya mahasiswa dengan event organizer (EO)? Coba hitung berapa banyak organisasi mahasiswa yang tetap berada di rel awalnya untuk mengasah para intelektual muda yang mampu memperjuangkan kehidupan rakyat dan mengkritisi penguasa?
Problematika tersebut bukanlah sesuatu yang jatuh dari langit (ahistoris). Tetapi tak dapat dilepaskan pada akar sejarah. Banyak pengamat menganggap hal ini adalah buah dari neoliberalisme yang menyebabkan terjadinya komersialisasi pendidikan atau analisa budaya yang melihat karena pengaruh habitus. Namun analisa tersebut mengandaikan mahasiswa sebagai makhluk yang tak bergerak yang dapat disetir kesana kemari. Padahal mahasiswa adalah manusia yang berfikir, berhasrat dan bergerak (hidup). Itu adalah faktor eksternal sedangkan faktor internal adalah tentang dinamika gerakan di tubuh organisasi mahasiswa ini. Analisa yang lebih genit lagi adalah ketika menganggap hal tersebut adalah faktor moralitas, yang solusinya adalah penanaman nilai agama atau ceramah motivasi surgawi.

Sejarah Gerakan Mahasiswa Dari Masa ke Masa
Sejarah pergerakan Indonesia tak bisa dilepaskan pada masa perkembangan 1912-1926 atau yang menurut Takashi Shiraishi adalah peristiwa ‘Zaman Bergerak’. Peran para intelektual muda yang membawa gagasan baru dalam dunia pergerakan mengalir deras dalam kesadaran politik rakyat. Zaman pergerakan di Indonesia pada masa itu mulai menampilkan kesadaran politik baru dalam bentuk yang modern dan akrab dengan kita saat ini, seperti surat kabar, rapat, pemogokan, serikat, partai dan ideologi. Hal tersebut tidak mungkin dapat ditemui dari masa sebelumnya dimana gerakan lebih bersifat mesianistik atau yang dipimpin para feodal dengan cara tradisional.
Kesadaran politik rakyat terbentuk tidak hanya melalui interaksi sosial, namun melalui aktivitas sosial dan aktivitas politik terorganisasi dengan cita-cita untuk merdeka. Mobilisasi massa secara besar telah menciptakan radikalisasi dalam gerakan. Rakyat mulai aktif melakukan berbagai aksi pemogokan dan tuntutan. Gagasan Marxisme atau sosialisme ilmiah yang dibawa oleh Henk Sneevliet serta Tan Malaka menjadi pijakan penting dalam gerakan. Ketika gerakan kiri diberangus pada penghujung 1926, kekosongan tonggak gerakan diambil alih oleh kelompok intelektual muda nasionalis kiri radikal yang telah terbentuk kesadaran politiknya pada 1920an, seperti Soekarno dengan PNI dan gagasan Marhenismenya.
Datangnya Jepang hingga kemerdekaan pada 1945 tak bisa dipisahkan dari kekuatan gerakan rakyat ini. Mereka melakukan perang gerilya, mogok, vergadering, aksi massa, berorganisasi, rapat akbar dan berpartai untuk menuntaskan proses revolusi nasional yang anti neo-kolonialisme dan anti neo-imperialisme. Para mahasiswa, pemuda bersama rakyat berupaya menghabisi sisa-sisa kolonialisme dan feodalisme dengan tuntutan nasionalisasi, land reform dan berdikari.
Namun pada 1965-1967, terjadi penghancuran gerakan revolusi nasional yang hampir 60 tahun telah terbangun. Pelakunya adalah rezim Orde Baru (orba). Gerakan mahasiswa pada 1965 yang dipelopori oleh KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) yang dibentuk atas anjuran Mayor Jendral Syarif Thayib, Menteri Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan pada 25 Oktober 1965, adalah gerakan yang berselingkuh dengan Angkatan Darat dalam mendirikan orba. Setelah orba tegap memimpin, para pemimpin KAMI banyak yang masuk dalam pemerintahan sebagai timbal jasa. Tentu ada yang tak terserap dan bergerak di luar.
Gerakan mahasiswa pada tahun 1970an, terjebak pada kerangka gerakan moral. Seperti tokoh dalam gerakan tersebut Arief Budiman, yang menyerukan gerakan Golput atau Golongan Putih terhadap Pemilu yang tak adil. Gerakan mahasiswa pada masa ini hanya bergulat dengan teori, membuat sikap pernyataan dan menegur penguasa tanpa pernah melakukan gerakan mobilisasi massa serta bergabung dengan massa rakyat yang dihisap oleh rezim orba.


gm1Ilustrasi oleh Andreas Iswinarto

Kebijakan ‘massa mengambang’ yang digagas oleh Ali Moertopo telah membuat rakyat buta politik. Keadaan tersebut membuat masyarakat yang marah terhadap penguasa tak dapat menyalurkan amarahnya dalam gerakan politik yang terorganisasi, sehingga yang terjadi adalah kerusuhan. Hingga terjadi peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari) yang dilakukan generasi mahasiswa 1973-74. Akibat proses tersebut rezim Soeharto mengambil tindakan normalisasi kehidupan kampus (NKK) dalam kehidupan politik. Karena kampus selama periode tersebut menjadi pusat mobilisasi mahasiswa dan pusat kritik terhadap penguasa.
Gerakan mahasiswa pada era akhir 1980an sampai 1998 mulai belajar dari kekalahan atau kesalahan gerakan sebelumnya paska 1965, yaitu karena terpisah dari kekuatan rakyat dan mereka tak memiliki basis massa yang kuat dan luas (analisa Danial Indrakusuma, aktivis mahasiswa & tokoh pendiri PRD). Belajar dari gerakan mahasiswa di Filipina pada 1980an yang berhasil menggulingkan diktator Marcos dengan strategi ‘Live-in’ (hidup dan berjuang bersama rakyat), maka gerakan mahasiswa pada masa itu melakukan strategi yang sama. PRD yang terbentuk pada 1994 (diinisasi oleh mahasiswa, aktivis, buruh, petani dan lainnya) memainkan peran penting dalam kembali menjalankan politik mobilisasi massa dengan cara Live-in di kawasan perburuhan, kawasan pinggiran kota, dan di tengah konflik agraria. Hingga akhirnya rezim Soeharto menyatakan PRD sebagai partai terlarang dengan menangkap para aktivisnya. Hal tersebut membuat PRD melakukan gerakan bawah tanah dengan membawa bendera berbeda yang mampu mendorong lengsernya Soeharto pada Mei 1998 setelah 32 tahun memimpin.
Seperti yang ditanyakan oleh Pram, gerakan mahasiswa atau pemuda yang berhasil menggulingkan Soeharto tersebut ternyata tidak menghasilkan tokoh politik nasional pada periode era reformasi. Bahkan sampai sekarang, tokoh nasional hanya diisi oleh orang-orang dari enclave orba. Pada 1999 ada Amin Rais, Megawati dan Gus Dur, sedangkan sampai sekarang hanya diisi oleh SBY, Jusuf Kalla, dan Prabowo. Jokowi memang tidak termasuk enclavepeninggalan orba, namun ia tak terlahir dari proses gerakan dan tak memiliki gagasan besar tentang ke-Indonesiaan.
PRD sebagai pelopor gerakan melengserkan Soeharto dalam pemilu 1999, juga tidak dapat berbicara banyak. Jargon mereka “Pilih PRD atau Boikot Pemilu bersama Rakyat” menunjukan adanya kebimbangan dan perpecahan di internal partai tersebut dalam terjun dalam ajang kontestasi politik. Perpecahan terjadi karena ada dua arus pemikiran berbeda, apakah mereka akan bergerak di luar sistem dengan politik ekstra-parlementer atau bergerak di dalam. Sebelumnya mereka dikhianati oleh 4 tokoh reformis yaitu Megawati, Abdurahman Wahid, Amin Rais dan Sultan Hamengkubuwono X melalui pertemuan Ciganjur, yang kemudian menghentikan sebagian besar kekuatan mobilisasi massa yang memiliki potensi besar membawa roda pemerintahan kembali menapaki semangat revolusi nasional.
Hingga saat ini, PRD telah mengalami masa degenerasi dan deidiologisasi, karena aktivis-aktivis yang bergerak di dalamnya selama periode 1994-2000an telah banyak yang keluar. Garis politik PRD dari gagasan sosialisme demokrasi kerakyatan, sekarang cenderung mengarah ke Soekarnoisme. PRD pun pada akhirnya kehilangan pengaruhnya pada basis massa rakyat. Keadaan tersebut dipengaruhi oleh hilangnya musuh bersama yaitu Soeharto pada era orba. Setelah Soeharto sukses dijatuhkan, bayangan akan musuh bersama menjadi samar. Ketiadaan musuh bersama membuat mereka kehilangan dukungan dari rakyat.
Selain itu faktor yang penting sebagaimana kesimpulan dari Pram dalam menjawab pertanyaan di awal adalah bahwa: “Kita secara nasional dilahirkan oleh revolusi nasional dan berhasil menghalau Imperialisme… disusul perjuangan menuntaskan revolusi: sekarang itu sudah padam samasekali. Kesimpulan saya: karena perkembangan orba menyalahi sejarah sebagai titik awal tempat bertolak sehingga kehilangan arah tak tau tujuan, alias ngawur”.
Pembantaian masal pada organ gerakan kiri, penghancuran terhadap gagasan revolusioner dan pemberangusan mobilisasi rakyat untuk menuntaskan revolusi nasional selama masa orba, telah membuat rakyat menjadi buta politik. Kekosongan gagasan revolusioner telah mencuatkan gagasan konservatif. Setelah jatuhnya Soeharto, rakyat yang dibuat menjadi masa mengambang, banyak yang tak mengetahui kemana mereka harus menyandarkan pilihan politiknya. PRD tidak mampu melakukan kampanye masif di berbagai media massa umum, sementara koran yang dibuatnya tidak mampu menyentuh segala lini masyarakat.
Akibatnya rakyat yang tengah berada pada masa krisis menyandarkan pilihan politiknya pada tokoh-tokoh reformis yang mendapat banyak sorotan oleh media massa. Hilangnya budaya berserikat, berpartai, rapat akbar, aksi, mogok dan bersuara telah menjadi salah satu penyebab kegagalan era reformasi ini. Kekosongan politik kiri, membuat para pemuda pengangguran, pemuda di pinggiran kota, pemuda desa yang tereksklusi dari dunia pertanian dan begitu pula para mahasiswa pada akhirnya menjatuhkan pilihan politiknya pada gagasan politik relijius konservatif ataurelijius fundamentalis radikal. Para pemuda tersebutlah yang sekarang menjadi basis masa dari organisasi semacam FPI (Front Pembela Islam).

Apa Yang Harus Dilakukan?
Kini kita dihadapkan pada hasil dari proses penghancuran atau kontra-revolusi gerakan politik rakyat oleh rezim orba. Konsep “massa mengambang” yang diterapkan oleh rezim orba telah membuat mahasiswa begitupula rakyat kebanyakan, terjerat dalam kesadaran palsu mereka dan imajinasi ketakutan terhadap perjuangan politik. Artinya gerakan mahasiswa ke depan harus mampu menghubungkan dan membangun kembali atau melampaui perjuangan politik rakyat yang terbentuk pada 1912-1965.
Gerakan mahasiswa juga harus belajar dari perjuangan gerakan mahasiswa pada masa sebelumnya. Mereka harus bersikap tegas dengan berbagai kajian dan tidak hanya riuh dengan selebrasi politik. Tidak hanya bergerak dalam dunia maya seperti dengan gerakan petisi online, akan tetapi bergerak dalam aksi nyata. Mahasiswa di Chile berhasil mendorong kebijakan kuliah gratis yang dibiayai dari pajak korporasi, karena mereka turun ke jalan-jalan untuk aksi massa dengan tuntutan-tuntutan yang menekan penguasa sejak tahun 2006 melalui apa yang dinamai Penguin Revolution.
Artinya, gerakan mahasiswa selain berkutat dengan teori, mereka harus turun ke massa rakyat melalui strategi live-in dengan melakukan aktivitas sosial-politik demi menciptakan kesadaran politik pada massa dan keyakinan atas kekuatannya. Melakukan berbagai kajian dan membentuk media propaganda seperti Koran menjadi penting untuk memperkuat argumen dan memperluas kesadaran massa. Kebijakan pemerintah yang masih terjerat dalam politik neoliberal, membuat terus terjadinya berbagai konflik yang melibatkan rakyat dengan pemerintah atau swasta serta dengan keduanya. Di sana mereka dapat turut membantu perjuangan rakyat dengan membentuk blok historis. Dan hal utama adalah untuk menghidupkan kembali “perjuangan menyelesaikan revolusi nasional Indonesia”.***

Penulis adalah Mahasiswa Manajemen & Kebijakan Publik di Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik (ISIPOL) – UGM 2010. Berbagai tulisannya dapat dinikmati di arifnovianto.wordpress.com / Kontak: arif.novianto@mail.ugm.ac.id

Tulisan ini sebelumnya digunakan sebagai pemantik diskusi dalam acara GAMAPI (Keluarga Mahasiswa Manajemen dan Kebijakan Publik UGM) CAMP dengan tema “Pemuda dan Gerakan Mahasiswa dalam Organisasi” yang dilaksanakan pada 13 Maret 2015.

Kepustakaan: 
Bourchier, David & Vedi R Hadiz. 2005. Indonesian Politics and Society. London & New York: RouledgeCurzon.
Lane, Max. 2014. Unfinished Nation. Yogyakarta: Penerbit Djaman Baroe.
Robinson, Richard & Vedi R Hadiz. 2004. Reorganising Power in Indonesia: The Politics of Oligarchy in an Age of Markets. London & New York: RouledgeCurzon.
Shiraishi, Takashi. 2005. Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Babasan Sunda



Kumpulan Pribahasa, Babasan, Paribasa Sunda Jeung Hartina

SUmber : http://bandung.blogspot.co.id/2012/07/kumpulan-pribahasa-babasan-paribasa.html
  • Adab lanyap Jiga nu handap asor, daek ngahormat ka batur, boga hate luhur, tapi tungtungna sok ngarunghak jeung kurang ajar, anu tungtungna batur loba nu teu resepeun.
  • Adam lali tapel poho ka baraya jeung poho ka lemah cai.
  • Adat kakurung ku iga adat nu hese digantina.
  • Adean ku kuda beureum beunghar ku barang titipan atawa ginding ku pakean batur.
  • Adigung adiguna gede hulu, boga rasa leuwih ti batur, kaciri dina laku lampahna jeung omonganana.
  • Agul ku payung butut ngagulkeun luluhur sorangan.
  • Akal koja pinter dina kagorengan atawa kajahatan.
  • Aki aki tujuh mulud lalaki nu geus kolot pisan.
  • Aku aku angga ngaku barang batur kalawan ngandung maksud hayang mibandangaku baraya batur anu beunghar atawa jeneng, mamrih kahormatan atawa kauntungan.
  • Aku panggung darehdeh jeung mere maweh, ngan hanjakal ku ieu aing asa pangpunjulna, pangbeungharna jste.
  • Alak-alak cumampaka resep jeung hayang dipuji batur, boga rasa pangpunjulna. Anu handap hayang nyaruaan nu luhur, nu hina hayang nyaruaan nu mulya.
  • Alak paul tempat anu lain dikieuna, ngeunaan jauhna jeung pisusaheunana.
  • Alus panggung = alus laur hade ome tegep dedeg pangadegna.
  • Ambek nyedek tanaga midek ari napsu pohara gedena, ngan masih bisa meper diri
    napsu kapegung.
  • Ambekna sakulit bawang gampang pisan ambek, jeung mun geus ambek teu reureuh sakeudeung.
  • Anak puputon anak nu kacida didama-damana, nu pohara dipikanyaah.
  • Anjing ngagogogan kalong mikahayang nu lain lain, nu pamohalan pilaksanaeun (Mikahayang nu moal bakal kasorang).
  • Ari diarah supana, kudu dipiara catangna Naon bae nu mere hasil ka urang kudu diurus bener bener.
  • Ari umur tunggang gunung, angen angen pecat sawed ari umur geus kolot tapi hate ngongoraeun keneh.
  • Asa dijual payu ngungun dumeh nyorangan di panyabaan, jauh ti indung bapa.
  • Asa ditonjok congcot meunang kabungah nu gede, anu saenyana teu diarep arep.
  • Asa ditumbu umur Boga rasa kahutangan budi anu pohara gedena.
  • Asa nanggeuy endog beubeureumna kacida nyaahna.
  • Asa potong leungeun katuhu leungiteun jalma nu pohara hade galena.
  • Ati mungkir beungeut nyinghareup palsu, siga sono, tapi henteu. Siga suka, tapi henteu, siga nyaah tapi henteu.
  • Aub payung, sabet panon sabasoba wewengkon, ngeunaan tanah.
  • Aya astana sajeungkal anu mustahil oge oge bisa kajadian.
  • Aya bagja teu daulat arek meunang bagja atawa kauntungan tapi teu tulus.
  • Aya di sihung maung Kulantaran loba kawawuh gegeden dina aya karerepet atawa kaperluan penting gampang naker meunang pitulungna.
  • Aya hate kadua leutik naksir.
  • Aya jalan komo meuntas aya lantaran anu diarep arep ti tadina nepi ka maksud urang gancang kalaksanakeun.
  • Aya jalan komo meuntas Aya pilantaraneun atawa pijalaneun pikeun ngalaksanakeun atawa ngabulkeun kahayang.
  • Aya jalan komo meuntas eukeur mah aya maksud, turug turug aya pilantaraneun.
  • Aya peurah aya komara aya harega, aya pangaji.
  • Aya nu dianjing cai Aya nu diarep-arep atawa digeroan.
  • Ayakan tara meunang kancra nu bodo jeung nu pinter moal sarua darajatna jeung panghasilanana.
  • Baleg tampele ari rasa tresna ka lalaki geus aya, ngan lamun papanggih jeung jelemana gede keneh kaera.
  • Bali geusan ngajadi tempat dilahirkeun.
  • Balung kulit kotok meuting teu eureun eureun nyeri hate ti baheula nepi ka kiwari.
  • Balungbang timur, caang bulan opat belas, jalan gede sasapuan beak karep ku rido jeung beresih hate.
  • Banda tatalang raga lamun urang papanggih jeung karerepet, gering upaman, euweuh halangan urang ngajual barang nu aya pikeun ngabela diri, meuli ubar sangkan waras.
  • Belang bayah gindi pikir boga pikiran goreng ka papada kawula.
  • Bengkung ngariung bongkok ngaronyok babarengan sok sanajan dina hina, rugi, atawa cilaka.
  • Beurat birit hese jeung sungkan dititah.
  • Beurat nyuhun beurat nanggung, beurat narimakeunana pohara narimakeunana kana pitulung, ngan teu kawasa ngedalkeun ku lisan atawa tulisan, anging gusti nu ningali.
  • Beureum paneureuy seuseut batan neureuy keueus hese pisan, seuseut seuat ngahasilkeun maksud.
  • Beuteung anjingeun ngeunaan ka jelema nu beuteungna cara/siga beuteung anjing.
  • Bilih aya turus bengkung Bisi salah pokpokanana.
  • Biwir nyiru rombengeun resep mukakeun rasiah sorangan atawa rasiah batur.
  • Biwir nyiru rombengeun Resep ngucah ngaceh rasiah atawa kaaeban boh nu sorangan boh nu batur.
  • Biwir sambung lemek, suku sambung lengkah henteu milu milu kana tanggung ajwabna mah, ieu mah ngan saukur mangnepikeun dumeh jadi utusan, ngemban timbalan tinu lian.
  • Bluk nyuuh blak nangkarak Kabina bina rajina dina enggoning nyiar kipayah.
  • Bobo sapanon carang sapakan aya kuciwana, lantaran aya kakuranganana atawa karuksakanana.
  • Bobor karahayuan henteu rahayu, henteu salamet, meunang kacilakaan atawa tiwas.
  • Bobot pangayun timbang taraju kabeh anu dipigawe kudu pinuh tinimbangan.
  • Bonteng ngalawan kadu nu leutik ngalawan nu gede.
  • Buburuh nyatu diupah beas nyiar pangarti tur diburuhan atawa digajih.
  • Budi santri, legeg lebe, ari lampah euwah euwah Ari laku lampah mah kawas santri tapi sok ceceremed.
  • Buluan belut, jangjangan oray pamohalan kajadian.
  • Bungbulang tunda / tunda talatah lamun dititah tara sok pek ku maneh, tapi sok nitah deui ka batur.
  • Buntut kasiran koret, medit, ngeupeul, tara pisan daek barangbere.
  • Bur beureum bur hideung, hurung nagtung siang leumpang ginding, loba pakean anu aralus dipake.
  • Buruk buruk papan jati ka sobat atawa ka baraya mah sok hayang ngahampura bae lamun aya kasalahan teh.
  • Caang bulan dadamaran migawe nu kurang mangpaat.
  • Cacag nangkaeun Hanteu beres, hanteu rata, henteu sampurna.
  • Cangkir emas eusi delan omonganana mah alus nepi ka urang jadi percaya jeung kataji, tapi hatena jahat jeung matak bahaya ka urang.
  • Cara bueuk meunang mabuk ngeluk bae, teu lemek teu carek, euweuh hojah, euweuh karep, euweuh kahayang sabab era tawa sieun.
  • Cara gaang katincak anu tadina rame kacida, ayeuna mah jadi jempling pisan.
  • Cara jogjog mondok carekcok bae, mani gandeng nacer.
  • Cara simeut hiris, tai kana beuheung beuheung Pohara bodona, beunang dibobodo atawa ditipu ku batur.
  • Cecendet mande kiara Nu leutik nyaruaan anu gede, nu miskin nyaruaan nu beunghar.
  • Ceuli lentaheun Sok gancang nyaritakeun ka batur naon bae anu kadenge, turtaning tacan karuhan eta beja teh bener henteuna.
  • Cicing dina sihung maung Nganjrek di jelema anu nyusahkeun atawa bakal nyilakakeun ka diri urang.
  • Cikaracak ninggang batu laun laun jadi legok Ku dileukeunan mah sakumaha hesena ge lila lila jadi bisa (najan bodo asal leukeun diajarna lila lila oge tangtu bisa).
  • Cileuncang mande sagara, cecendet mande kiara, hunyur nandean gunung Nyaruaan ka jelema anu saluhureun harkatna, darajatna atawa pangabogana.
  • Ciri sabumi cara sadesa beda tempatna, beda deui adat jeung kabiasaanana.
  • Clik putih clak herang Kaluar tian hate anu beresih, rido pisan, teu aya geuneuk maleukmeuk.
  • Congo congo ku amis, mun rek mais oge puhuna Kumaha arek bageurna dinu ajdi anak, lamun bapana henteu bageur.
  • Daek macok embung dipacok daek ngarah kana rejeki atawa pakaya batur, tapi diarah rejekina atawa pakayana ku batur mah embung.
  • Dagang oncom rancatan emas ari modalna gede kacida, ngan batina anu diarah kacida leutikna.
  • Dah bawang dah kapas tah barangna tah duitna.
  • Daluang katinggang mangsi Susuganan katuliskeun aya jodo (waris).
  • Desa maca cara nagara mawa tata Ngagambarkeun yen kaayaan jeung adat kabiasaan di desa jeung kota (nagara) teh beda-beda.
  • Deugdeug tanjeuran pada ngadeugdeug pada nongton, jadi tongtonan kulantaran pinter dina kasenian.
  • Deukeut deukeut anak taleus ari imahna mah puguh padeukeut, ngan hanjakal teu nyaho tibareto yen baraya.
  • Dihin pinasti, anyar pinanggih baheula ditangtukeunana, ngan kakara ayeuna kalakonanana atawa kapanggihna.
  • Dikungkung teu diawur, dicangcang teu diparaban Ari dipegat mah teu acan, ngan geus teu dipeutingan jeung teu dibalanjaan.
  • Dipiamis buah gintung Disangka hade jeung bageur tapi buktina goreng jeung jahat.
  • Dipiamis buah gintung disangka hade jeung bageur, tapi buktina goreng jeung jahat.
  • Disakompet daunkeun, dihurun suluh dihijikeun bae, disaruakeun bae, teu dibeda beda.
  • Ditangtang ditengteng dijieun bonteng sapasi Dialak ilik lantaran dianggap aneh.
  • Ditilik ti gigir lenggik, disawang ti tukang lenjang, diteuteup ti hareup sieup lenjang jeung geulis pisan, pantes kewes.
  • Dogdog pangrewong bantuan anu euweuh hartina, dina teu aya oge teu naon naon.
  • Dogong dogong tulak cau, geus gede dituar batur ngantian jeung mahugi parawan ti keur leutik keneh, sugan diparengkeun ku nu kawasa jadi pipamajikaneun, na ari geus gede dikawin batur, atuh hese cape taya gawe.
  • Dosa salaput hulu kacida loba dosana.
  • Dulang tinande awewe mah nurutkeun bae, kumaha diaturna jeung diparentahna ku nu jadi salami.
  • Duum tinggi ngabagikeun naon naon henteu kalawan adil aya nu loba, aya nu saeutik.
  • Elmu ajug pinter ari mapatahan batur mah, tapi prak ku sorangan henteu.
  • Elmu sapi samiuk (ngahiji) kana kagorengan.
  • Elmu tumbila nu boga imah ngarugikeun ka tatamu.
  • Elok bangkong nuju sakarat, ngan kari tunggu dawuh bae.
  • Endog sapatarangan, peupeus hiji, peupeus kabeh kasusah atawa karerepet anu tumiba ka dulur, baraya atawa sobat, balukarna ngabingungkeun atawa nyusahkeun ka sarerea.
  • Endog tara megar kabeh najan saindung sabapa hneteu sarua milikna, rejekina atawa darajatna.
  • Galehgeh gado darehdeh tapi henteu terus kana hate.
  • Gancang pincang kulantaran digawena buru buru jeung kurang ati ati hasilna teh teu nyugemakeun.
  • Gantung denge hanteu terus bisa ngadengekeun hiji perkara jeung pohara hayangna neruskeun ngadengekeun.
  • Gantung teureuyeun Hanteu terus daharna sabab dahareunana geus beak atawa daharna kapaksa kudu eureun heula ku lantaran aya dahareun nu didagoan.
  • Gede gede kayu randu, dipakeke pamikul bengkung, dipake lincar sok anggang, dipake pancir ngajedig Ngeunaan ka jelema anu jangkung ahrelung tur dedeg ngan hanjakal gawena jeung karajinanana goreng.
  • Gede gunung pananggeuhan Adigung kulanatran boga kolot atawa baraya baleunghar ataw jareneng.
  • Gede gunung pananggeuhan Boga ahli atawa kawawuhan anu beunghar atawa jadi gegeden, dina urang aya karerepet atawa butuh ku pitulung, eta jalma bisa nulungan ka urang ku kabeungharan atawa kakawasaan.
  • Getas harupateun, pingges harepan Gampang pisan nyalahkeun atawa ngahukum ka batur.
  • Geulis sisi, laur gunung, sonagar huma Ari rupa mah tegep ngan dangong dusun meledug.
  • Gindi pikir belang bayah Goreng hate, dolim, julig, dengki.
  • Ginding kakampis Ari pake mah ginding ngan duit teu boga.
  • Giri lungsi tanpa hina Nu luhur jeung nu handap sarua bae ulah dihina.
  • Goong saba karia Datang sorangan ka anu keur kariaan sanajan hanteu di ondang, maksudna hayang dititah gawe sangkan seubeuh baranghakan.
  • Gunung tanpa tutugan, sagara tanpa tepi Euweuh anggeusna, euweuh beakna.
  • Gurat batu Pageuh kana jangji.
  • Gusti Alloh tara nanggeuy dibongkokna Gusti Alloh tara nangtayungan ka mahlukna anu salah atawa boga dosa ka papada kawula.
  • Hade gogog hade tagog Hade basa jeung hade tingkah lacuna.
  • Hade ku omong goreng ku omong Omongan nu hade balukarna hade jeung omongan nu goreng, goreng deui balukarna.
  • Halodo sataun lantis ku hujan sapoe Kahadean anu sakitu gedena tur lilana leungit pisan ku kagorengan atawa kasalahan sapoe.
  • Hambur bacot murah congcot Goreng sungutna jeung sok mindeng nyarekan deuih tapi berehan sok daek barangbere dahareun.
  • Hampang birit gampang jeung daekan dititah.
  • Hanteu gedag bulu salambar Hanteu sieun atawa gimir saeutik eutik acan.
  • Hapa hapa ge ranggeuyan Enya ari miskin tea mah, ngan lumayan da ari salaki mah boga.
  • Hapa hapa ge ranggeuyan Miskin miskin oge da boga salaki nu ngurus jeung nangtayungan.
  • Harewos bojong Harewos anu cukup tarikna, nepi kadenge ku jelema anu deukeut kalawan tetela pisan.
  • Haripeut ku teuteureuyeun Gancang atoh dina meunangna rejeki, boh dahareun boh duit kalawan teu ngingetkeun balukarna ieu teh rejeki halal atawa haram.
  • Harus omong batan goong Beja teh sasarina sok gampang jeung gancang nerekab, kulantaran umuna sok pabeja beja.
  • Hayang untung jadi buntung teu papanggih ari jeung kauntungan mah, papanggih soteh jeung karugian anu sama sakali henteu diarep arep.
  • Hejo tihang Resep jeung remen gunta ganti imah tempat atawa pagawean.
  • Herang caina beunang laukna Maksud bisa kahontal kalawan beres teu aya pihak anu dirugikeun atawa dinyenyeri.
  • Herang caina beunang laukna Nu dipikahayang bisa laksana tur teu nganyenyeri batur.
  • Herang herang kari mata, teuas teuas kari bincurang Bareto mah beunghar ayeuna kari miskina.
  • Heueuh heueuh bueuk Nyatujuan ari diluar mah, ngan bae henteu terus jeung hatena.
  • Heureut deuleu pondok lengkah Ngagambarkeun sundek kanyaho ku sabab henteu rea babandingan da kurung batok.
  • Heurin ku letah Hayang jeung perlu ngabejakeun hiji perkara, ngan sieun pok kulantaran loba karisi/ karempan.
  • Hirup ku panyukup gede ku pamere Hirup samahi mahi ku pamere batur bae, sabab teu purun hojah sorangan dina enggoning nyiar kipayah.
  • Hirup nuhun paeh dirampes Rido pisan pasrah pisan, teu boga kahayang naon naon.
  • Hirup ulah manggih tungtung, paeh ulah manggih beja Kudu bageur kudu hade laku lampah supaya alus kacaritakeunana.
  • Hulu dugul dihihidan Nu keur senang tambang senang, nu keur untung tambah untung.
  • Hunyur nandean gunung Nyaruaan ka jelema saluhureun harkatna atawa pangabogana.
  • Hurung nangtung siang leumpang Ginding karana make papakean atawa perhiasan anu aralus.
  • Ieu aing uyah kidul Boga rasa pangleuwihna ti pada batur, boh ngeunaan rupa, pangarti, pangaboga, pangkat atawa kakawasaan.
  • Ilang along margahina, katinggang pangpung dilebok maung, rambutna salambar, getihna satetes, ambekanana sadami, agamana darigamana, kaula nyerenkeun Masrahkeun sagalagalana hadena gorengna, bagja cilakana (biasana sok dipake dina seserahan).
  • Indung lembu bapa banteng Ti indung jeung bapa turunan menak jeung beunghar.
  • Inggis batan maut hinis Pohara risina, pohara paurna.
  • Inggis manan maut hinis, rempan batan mesat gobang Inggis jeung paur kabina bina.
  • Ipis kulit beungeut Gede kaera.
  • Iwak nangtang sujen Wani nyorang picilakaeun, pibalaieun atawa pibahayaeun.
  • Jabung tumalapung sabda tumapalang milu nyaritakeun hiji perkara sakapeung nempasan omongan batur, nyeta nyeta siga nu nyaho, padahal teu nyaho nanaon.
  • Jadi maung malang jadi panghalang, ngeunaan ka lalaki nu ngahalangan pijodoeun hiji awewe.
  • Jadi sabiwir hiji jadi carita jalma loba.
  • Jadi senen kalemekan mindeng dicaritakeun batur.
  • Jaman cacing dua saduit jaman baheula pisan.
  • Jati kasilih ku junti pribumi kaeehkeun ku urang asing.
  • Jauh jauh panjang gagang hanas jauh jauh oge dijugjug, ngan hanjakal ku teu hasil.
  • Jauh ka bedug anggang ka dayeuh dusun, teu nyaho di tata-titi, tidak tanduk, suba sita, duduga jeung peryoga.
  • Jauh ka bedug dusun,bodo, euweuh kanyaho.
  • Jawadah tutung biritna, sacarana sacarana unggal bangsa beda adat jeung kabiasaanana.
  • Jegjeg ceker cape kulantaran leumpang ka dieu ka dieu.
  • Jejer pasar lumrah bae, mun ka lalaki, kasep henteu, goreng henteu.
  • Jeung leweh mah mending waleh leuwih hade wakca balaka ngedalkeun kahayang ti batan ngandung kabingung teu wani pok nyarita.
  • Jogjog neureuy buah loa mikarep ka anu lain babad.
  • Jogjog neureuy buah loa Milampah anu moal pihasileun.
  • Ka luhur teu sirungan kahandap teu akaran Jelema nu jahat, julig jeung dengki mah moal jamuga, moal aya kamajuan boh ngeunaan pangkat, boh rejeki.
  • Kaceluk ka awun-awun kawentar ka janapria, kakoncara ka mancanagara Kawentar pisan, kawentar kamana mana.
  • Kaciwit kulit kabawa daging Kababawa, katarik kana hiji perkara, keukeuh milu susah, sanajan teu boga salah jeung henteu milu ulubiung perkarana.
  • Kahieuman bangkong Ku ayana barang titipan di urang, urang teh nepi ka jiga beunghar katenjona ku batur mah padahal miskin teu boga nanaon.
  • Kai teu kalis ku angin Unggal jelema awal ahir tangtu bakal pinanggih jeung kasusahan.
  • Kajeun pait tungtung amis manan amis tungtung pait Tibatan ahirna matak susah, leuwih hade dicaritakeun ti heula naon anu matak pisusaheunana.
  • Kajeun panas tonggong asal tiis beuteung Kajeun teuing cape gawe asal bisa dahar kalawan cukup.
  • Kalapa bijil ti cungap Ngucah ngaceh rasiah sorangan anu matak cilaka.
  • Kandel kulit beungeut euweuh caerأ،.
  • Katempuhan buntut maung Batur anu salahna atawa anu boga dosana, tapi urang anu kudu nyanghareupan balukarna.
  • Katumbukan catur kadatangan carita Loba anu embung sabab ngagedekeun jeung ngagugulukeun panyerewedan.
  • Kawas anjing kadempet lincar Mere parentah ka batur teu kalawan sabar, malah bari ambek ambekan sagala.
  • Kawas budak rodek hulu Teu ngupama, teu ngajenan, teu ngahargaan pisan.
  • Kawas cucurut kaibunan Ngeunaan ka jelema anu matak sareukseuk panon.
  • Kawas hayam keur endogan cilingcingcat bae, teu bisa cicing.
  • Kawas hayam panyambungan Tacan nyaho di kaler kidul, kawantu anyar keneh aya di eta tempat.
  • Kawas kacang ninggang kajang Ngomongna tarik tur gancang, biasana ngeunaan ka awewe nu keur ngambek bari nyarekan.
  • Kawas kuda leupas ti gedogan Bingung ku kamerdekaan, terus sakama-kama nganteur kahayang, ngalajur napsu, kulantaran euweuh anu ngageuing atawa euweuh nu nyengker.
  • Kawas lauk asup kana bubu Gampang asupna kana pagawean tapi pohara hesena hayang kaluar ninggalkeun eta pagawean.
  • Kawas lauk asup kana bubu gampang meunangna jeung asup kana hiji pagawean, tapi hese kaluarna jeung negcagkeunana eta pagawean (masalah).
  • Kawas nu mulangkeun panyiraman Sok nu lain lain, jeung hese ngayakeunana nu dipikayang ku jelema nu tereh ajal, kahayangna sabisabisa kudu dicumponan bae, sanajan matak ngarepotkeun ka ahlina/ kulawargana.
  • Kawas siraru jadi Pabaliut ku tina lobana, ngeunaan ka jelema.
  • Kawas wayang pangsisina Ngeunaan jelema nu goreng rupana.
  • Kejo asak angeun datang Sapagodos jeung maksud urang, atuh teu talangke deui harita keneh dilaksanakeun.
  • Keur meujeuhna bilatung dulang Laleutik keneh pisan keur meujeuhna bareuki dahar.
  • Keur meujeuhna hejo lembok rambay carita Keur meujeuhna loba pakaya jeung loba rejeki.
  • Keur nuju bentang surem keur sue,atawa tiis badan, lamun guna tani ku hama, lamun dagang terusterusan rugi bae.
  • Kiceupna sabedug sakali Pohara lungguhna.
  • Kiruh ti girang kiruh ka hilir Lamun anu di luhruna teu balageur jeung teu balener, tangtu nu dihandapna oge milu teu bener milu teu bageur.
  • Kokoro manggih mulud puasa manggih lebaran Anu saumur -umur miskin tuluy dina hiji waktu pinanggih jeung kamulyaan atawa rejeki anu gede, sasarina sok kacemekanana nepi ka siga mangpang meungpeung.
  • Kokoro nyoso, malarat rosa, lebaran teu meuncit hayam Kacida miskina.
  • Kotok bongkok kumorolong, kacingcalang kumarantang = Lauk buruk milu mijah = Piritan milu endogan Pipilueun kana hiji kalakuan kulantaran kabawakeun ku batur, henteu kalawan kahayang sorangan, nepi ka goreng katenjona.
  • Kudu bisa kabulu kabale Kudu bisa mawa awak.
  • Kudu bisa ngeureut neundeun Kudu bisa nyukupkeun rejeki atawa pangala anu saeutik.
  • Kudu bisa pindah cai pindah tampian Kudu bisa nyaluyukeun maneh jeung lingkungan anu anyar dicicingan.
  • Kudu boga pikir kadua leutik Ulah sabongbrong teuing, kudu aya pikir rangkepan, kudu aya rasa curiga.
  • Kudu hade gogod hade tagog Hade basa jeung hade tingkah lacuna.
  • Kudu nepi memeh indit Kudu direncanakan kalawan asak.
  • Kujang dua pangadekna Hiji pagawean anu ngandung dua rupa maksud.
  • Kulak canggeum bagja awak Milik hade atawa goreng anu geus ditangtukeun ti ajalina keneh ku Gusti Nu Maha Suci.
  • Kumaha bule hideungna bae Kumaha engke bae buktina, kumaha behna.
  • Kumaha kejebur caina geletuk batuna kumaha jadina bae, henteu jadi pikiran.
  • Kunang kunang nerus bumi Ramana geus teu jeneng deui, di putrana awal ahir aya nu jeneng cara ramana.
  • Kuru cileuh kentel peujit Daek tirakat, ngadoakeun budak sangkan sangkan junun.
  • Kurung batok teu resep nyanyabaan, ni’mat cicing diimah bae.
  • Lain ku tulang munding kabeureuyan mah, ku cucuk peda arek cilaka mah ku kasalahan anu leutik oge bisa, teu kudu ku kasalahan anu gede bae.
  • Lain lantung tambuh laku, lain lentang tanpa beja lain leumpang maladra Indit ti imah kalawan ngandung maksud anu tangtu, lain lapmah sakaparan paran henteu puguh anu dijugjug.
  • Landung kandungan laer aisan Gede timbanganana, gede pangampurana.
  • Langsung saur bahe carek Sok gampang ngagelendeng atawa nyarekan.
  • Lauk buruk milu mijah = piritan milu endogan pipilueun kana hiji kalakuan ku lantaran kabawakeun ku batur, henteu kalawan kahayang sorangan, nepi ka goreng katenjona.
  • Legok tapak genteng kadek Loba luangna pangalamanana jeung kanyahona.
  • Leubeut buah hejo daun Keur meujeuhna loba rejeki, loba pakaya.
  • Leuleus jeujeur liat tali pohara adilna, dina mutus hiji perkara tara beurat sabeulah, jeung loba pertimbanganana.
  • Leunggeuh cau beuleum Teu lutreuk dina ngajalankeun hiji pagawean.
  • Leutik burih euweuh kawani.
  • Leutik cahak, gede cohok Ari panghasilan saeutik tapi ari pangaluaran mah gede.
  • Leutik leutik ngagalatik Sanajan leutik awakna henteu jangkung tur gede, tapi leber ku wawanen.
  • Leutik ringkang gede bugang Jelema mah teu beunang disapirakeun sabab sanajan leutik warugana, dina aya papaitna atawa bobor karahayuan mah bisa jadi kasusah sarerea.
  • Leuwi jero beunang diteuleuman, hate jelema najan deet teu kakobet Hade gorengna pikiran jelema hese dikira kirana.
  • Lieuk euweuh ragap taya Teuing ku miskin nepi ka teu boga naon naon.
  • Loba teuing jaksa loba teuing anu pinter nu ngatur jeung mapatahan, balukarna matak bingung nu dipapatahan.
  • Lodong kosong ngelentrung Kalah ka loba omong bae, ari pangartina mah euweuh.
  • Luhur kuta gede dunya Gagah tur beunghar taya kakurang.
  • Luncat mulang Teu beunang dicekelan omonganana, ayeuna kieu engke mah kitu.
  • Lungguh tutut Katenjona siga lungguh tapi saenyana mah henteu.
  • Malengpeng pakel ku munding, ngajul bulan ku asiwung Ngajalankeun (mikarep) hiji perkara anu taya pihasileunana.
  • Maliding sanak Henteu adil, pilih kasih.
  • Mangpengkeun kuya ka leuwi Nitah mulang ka lemburna, atawa nitah pindah ka tempat bali geusan ngajadi.
  • Mapay ka puhu leungeun Mamawa ka kolot atawa ka guru, turtaning kolot atawa guru mah teu nyaho naon naon jeung euweuh patalina saeutik eutik acan.
  • Marebutkeun paisan kosong Marebutkeun hiji perkara anu teu aya hasilna atawa mangpaatna.
  • Maut nyere ka congona Keur ngora senang, tapi ari ka kolotnakeun susah.
  • Melengkung bekas inhalan Ari keur ngora keneh bageur tapi kakolotnakeun jadi teu bageur.
  • Mere langgir kalieun Mere naon naon anu bisa jadi aya pisusaheunana atawa pibahlaeunana.
  • Meuli teri meunang japuh = nyair hurang meunang kancra kalawan teu disangka sangka meunang milik, darajat atawa kauntungan anu leuwih gede.
  • Meungpeun carang ku ayakan Nyaho yen batur teh salah atawa migawe anu dilarang ku Nagara, tapi teu kitu kieu kalahka api api teu nyaho.
  • Meungpeung teugeu harianeun Embung pisan tutulung ka batur nu keur susah atawa loba kabutuh.
  • Miceun batok meunang coet Miceun nu goreng kulantaran hayang meunang anu alus, tapi tungtungna meunang nu goreng deui bae.
  • Mindingan beungeut ku saweuy ari hate goreng, ngan budi parangi marahmay, perluna pikeun mindingan hate nu goreng tea maksudna supaya ulah kaciri tea.
  • Mipit teu amit ngala teu menta Maling boga batur.
  • Miyuni hayam kabiri Leutik burih babari sumerah eleh atawa lalaki nu babari sumerah ka awewe.
  • Moal ceurik menta eusi Keun bae mawa wadah anu gede oge da lain hayang loba diberena.
  • Moal neangan jurig teu kadeuleu arek nyekel jelema nu aya bae, moal neangan jelema nu euweuh.
  • Mobok manggih gorowong Aya lantaran pikeun ngalaksanakeun kahayang anu henteu gampang pihasileun.
  • Mobok manggih gorowong meunang jalan pikeun ngalaksanakeun kahayang.
  • Monyet kapalingan jagong Tukang maling kapalingan, tukang tipu katipu, tukang ngarah nagrinah karoroncodan.
  • Mopo memeh nanggung Hoream, teu sanggup samemeh prak.
  • Mun teu ngakal moal ngakeul mun teu usaha moal pinanggih jeung rejeki pibekeleun hirup.
  • Ngajul bulan ku asiwung, mesek kalapa ku jara usaha anu mubadir, moal ngadatangkeun hasil (asiwung; kapas nu geus diberesihan sikina, biasana dipake keur mayit nutupan liang-liangan).
  • Ngadu angklung di pasar papaduan nguruskeun nu euweuh mangpaatna di hareupeun jalma loba.
  • Ngadu ngadu rajawisuna mawakeun omongan si a ka si b jeung sabalikna, temahna si a jeung si b pasea, parerea omong.
  • Mun teu ngoprek, moal nyapek. Mun teu ngakal moal ngakeul. Mun teu ngarah moal ngarih Lamun teu digawe niar kipayah tangtu pisusaheun pikeun hirup.
  • Muncang labuh ka puhu, kebo mulih pakandangan Mulang ka lemburna sabada mang taun taun aya di pangumbaraan/ panyabaan.
  • Mupugkeun tai kanjut Ngetrukeun pangaboga dina waktuna nyunatan atawa ngawinkeun anak anu kacida dipikameumeutna.
  • Naheun bubu pahareup hareup dina pangabutuh silih injeuman duit.
  • Nangkeup mawa eunyeuh mawa cilaka ka jelema anu dipentaan tulung jeung geus nulungan ka urang.
  • Nangtung kariung ngadeg karageman Ngariung rarageman ngabadamikeun hiji perkara.
  • Nepak cai malar ceret Ngomongkeun jeung ngagogoreng batur, supaya batur teh ragrag ngarana jeung kawentar kagorenganana.
  • Nepakeun jurig pateuh Puguh urang nu goreng tapi kagorengan urang teh ditamplokeun ka batur sangkan urang sorangan salamet.
  • Nete porot ngeumbing lesot Cukup ari ihtiar mah kalawan mangrupa rupa akal tarekah tapi teu hasil bae.
  • Nete semplek nincak semplak Kieu salah kitu salah.
  • Nete semplek nincak semplak Ninggang dina salah jeung rugi bae, turug turug kasusah nambahan deuih.
  • Nete taraje, nincak hambalan Kudu merenah, lamun aya uruskeuneun teh urang kudu datang ka nu handap heula, kakara terus kaluhur.
  • Neukteuk curuk dina pingping Ngadakwakeun nu lian, tapi nu ngadakwakeunana meula susah, sabab milu katarik kana perkara, milu adu hareupan jeung hakim.
  • Neukteuk mani anggeus, rokrok pondokeun peunggas harupateun Heuras hatena teu sabar dina nyanghareupan rupa rupa kasusahan jeung babari luluasan.
  • Neundeun piheuleut nunda picela Neangan pilantaraneun supaya jadi goreng supaya temahna papisahan teu ngahiji deui.
  • Ngabejaan bulu tuur Ngabejaan jalma nu geus nyahoeun.
  • Ngabudi ucing teu wani nembongkeun atawa ngedalkeun kahayang atawa kadeudeuh.
  • Ngadagoan kuah beukah Ngadagoan pasesaan kadaharan (Hal ieu ngan wungkul tukang babantu di imah batur bae, anu saenyana mah ayana tukang babantu teh henteu perlu).
  • Ngadagoan uncal mabal Ngadagoan jeung mikahayang kana rejeki tapi sungkan ihtiar pikeun ngadatangkeun eta rejeki.
  • Ngadaweung ngabangbang areuy pohara nineungna kana jaman nu geus kasorang nepi ka matak waas pacampur jeung sedih.
  • Ngadek sacekna, nilas saplasna Ngomong/nyarita anu teu dileuwihan atawa dikurangan.
  • Ngadeupaan lincar ngadeukeutan anu keur sidekah atawa kariaan, supaya katenjo ku anu boga imah jeung diajak dahar.
  • Ngagandong kejo susah nyatu loba ari titaheun mah boh anak boh bujang ngan hanjakal ku hese nitah, euweuh nu daekeun ari dititah teh.
  • Ngagedag bari mulungan Nanyakeun hiji perkara ka batur anu urang tacan nyaho, tapi embung kanyahoan yen urang tacan nyaho, kulantaran kitu api api geus nyaho bae.
  • Ngaliarkeun taleus ateul ngabeja bejakeun kagorengan atawa kajahatan batur.
  • Ngaliarkeun taleus ateul Ngabeja bejakeun kagorengan batur atawa kajahatan anu lian.
  • Ngarep ngarep bentang ragrag Ngarep-ngarep nu pamohalan bakal kasorang atawa kajadian.
  • Ngarep ngarep kalangkang heulang Ngarep ngarep hiji perkara anu kacida banggana jeung sudah pihasileunana.
  • Ngawur kasintu, nyieuhkeun hayam ngaraeh jeung darehdeh ka deungeun, sabab hayang kapuji, tapi teu nolih jeung nyapirakeun ka dulur atawa ka baraya sorangan.
  • Ngeplek jawer, ngandar jangjang, miyuni hayam kabiri Leutik burih, borangan, sieunan, kecing.
  • Ngeduk cikur kedah mihatur nyokel jahe kedah micarek Lamun nyokot hiji hal kudu saidin anu boga.
  • Ngeupeul ngahuapan maneh Lungas lengis mikawelas mikaasih ka diri sorangan, supaya batur welaseun jeung nulungan ka urang.
  • Nginjing sila, bengkok sembah goreng hate, teu satia ka anu jadi pamingpin atawa dunungan.
  • Ngodok liang buntu hese cape taya gawe, susah payah taya guna sanajan tihothat oge moal atawa henteu beubeunangan.
  • Ngodok liang jero Teu hasil enggoning nyiar rejeki, kaditu kadieu luput bae.
  • Ngukur ka kujur nimbang ka awak Ngaluarkeun duit pikeun kaperluan hirup, pakan, pake jste disaluyukeun jeung pangala.
  • Ngukut kuda kuru ari geus gede sok nyepak Ngukut bujang anu tadina pohara balangsakna, susak dahar susah make, tapi ari geus mulya awak lintuh jeung pake hade, ngalawan ka anu jadi dunungan.
  • Ngusap birit bari indit kulantaran ambek nyedek atawa era paraa, leos bae indit, teu amit heula ka anu araya didinya.
  • Nimu luang tinu burang Nambahan luang atawa pangarti waktu keur pinanggih jeung kacilakaan atawa hukuman.
  • Nincak parahu dua Ngadunungan ka duaan atawa boga dua pausahaan.
  • Ninggang kana kekecrekna Keur mah goreng rupana, goreng laku lampahna deuih.
  • Nini nini dikeningan, awewe randa dihiasan Ngamahalkeun barang naon bae anu geus ruksak.
  • Noong ka kolong Leutik hate, leutik pangharepan.
  • Nu asih dipulang sengit, nu haat dipulang moha nu hade jeung loba jasana ka diri urang, dinyenyeri ku urang, ku omongan atawa ku kalakuan anu goreng.
  • Nu borok dirorojok nu titeuleum disimbeuhan nu keur susah ditambah kasusahanana, nu keur nyeri ditambah kanyerina.
  • Nu borok dirorojok, nu titeuleum disimbeuhan Nu keur susah ditambah deui kasusahna.
  • Nu burung diangklungan, nu edan dikendangan ngahaminan omongan atawa carita batur, sanajan ceuk hate sorangan eta omongan atawa carita teh salah.
  • Nu tani kari daki, nu dagang kari hutang Nu tani jeung nu dagang sarua ripuhna, euweuh nu mulya.
  • Nuju hirup ninggang wirahma Ngeunaan ka jelema anu keur alus milik.
  • Nuturkeun indung suku Leumpang sakaparan-paran, ku sabab henteu puguh tujuan.
  • Nulungan anjing kadempet nulungan jelema nu teu boga pisan rasa tumarima.
  • Nya di hurang nya dikeuyeup Di unggal jelema oge taya bedana, sarua bae, mungguhing wiwirang atawa katugenah hate mah boh di menak boh disomah sarua bae.
  • Nya ngagogog nya mantog Nya nitah ka batur nya prak kumanehna.
  • Nya picung nya hulu maung Nu nanya jeung nu ngajawab teu sapagodos, pananya jeung jawaban pasalia, henteu nyambung.
  • Nyaeuran gunung ku taneuh, sagara ku uyah nambahan kauntungan atawa kakayaan ka anu geus beunghar.
  • Nyair hurang meunang kancra Sugan the rek meunang kauntungan, kamuliaan atawa bagja anu leutik manahoreng meunang kauntungan atawa bagja anu gede.
  • Nyaliksik ka buuk leutik Nyusahkeun, peperedih atawa pepentaan ka jelema anu sahandapeun darajatna jeung pangabogana.
  • Nyalindung ka gelung Milu hirup ka pamajikan anu loba pakayana.
  • Nyanggakeun suku genteng belokeun, beuheung teukteukeun, disiksik dikunyit kunyit, dicacag diwalang walang Sumerah, masrahkeun diri rek dibeureum rek dihideung kari kumaha didinya bae, dina rumasa geus salah atawa rumasa boga dosa.
  • Nyanghulu ka jarian Ngawula ka jelema anu sahandapeun harkatna atawa pangartina.
  • Nyaur kudu diukur nyabda kudu di unggang Nyarita kudu pas, eces, ngabogaan harti.
  • Nyeri beuheung sosonggeteun Pohara ngarep ngarepna, tapi anu diarep arep teu jol bae datang.
  • Nyeungeut damar di suhunan mintonkeun kakayaan, atawa barangbere supaya dipuji.
  • Nyeungseurikeun upih ragrag Akey akeyan nyeungseurikeun batur, dumeh buuk geus bodas huntu geus ompong, tonggong geus bengkung turtaning ieu the kahareup mah ku urang sarerea bakal kasorang.
  • Nyiar batuk piaraheun Nyiar pigujrudeun, pipaseaeun.
  • Nyicikeun cai, murulukeun lebu turun cadu (cacaduan), pantang ngalampahkeun hiji perkara anu dilarang ku luluhur.
  • Nyieun catur taya dapur nganggit hiji dongeng nu teu aya galurna.
  • Nyieun heuleur jeroeun huma Henteu raket jeung dulur pahare-hare bae.
  • Nyieun pucuk ti girang pangheulana neangan piaseaeun.
  • Nyiruan mah teu resepeun nyeuseup nu pait Lumrahna manusa teu resep reureujeungan jeung nu teu boga.
  • Nyiuk cai ku ayakan Pagawean nu mubadir, moal ngahasilkeun naon naon.
  • Nyium bari ngegel Omongannana hade ngan hate jeung maksudna goreng . Salakina dipisobat ari pamjikanana dibogohan atawa sabalikna.
  • Nyokot lesot ngeumbing porot Teu aya usaha anu ngahasilkeun.
  • Nyolok mata buncelik nganyenyeri, ngahina atawa ngawiwirang di hareupeunana.
  • Nyuhun nanggung ngelek ngegel Rebo pisan, babawaanana loba naker.
  • Nyuhunkeun bobot pangayon timbang taraju Menta pangampura jeung menta timbangan da geus puguh rumasa ari salah jeung dosa mah.
  • Nyukcruk walungan mapay mapay wahangan Kalawan taliti pisan nalungtik luluhur, imeut pisan pancakakina.
  • Omong harus batan goong Beja the gancang naker nerekabna, malah sasarina mah beja anu nerekab teh leuwih hebat batan aslina.
  • Owah gingsir Hanteu tetep, henteu ajeg, gunta ganti pamadegan.
  • Paanteur-anteur julang silih anteur nepi ka aya dua tilu kalina.
  • Pacikrak ngalawan merak Tangtu elehna sabab nu leutik ngalawan anu gede.
  • Pada rubak sisi samping Sarua bae pada loba luangna, pada loba pangalamanana.
  • Pagirang girang tampian Paunggul unggul dina neangan pangupa jira (Paunggul unggul nyiar rejeki, teu daek silih seblokan).
  • Paheuyeuk heuyeuk leungeun Silih bantuan, silih belaan, silih tulungan.
  • Pait daging pahang tulang Arang gering.
  • Pait daging pahang tulang cageur teu keuna ku panyakit naon bae.
  • Pakotrek iteuk Laki rabi ti ngongora napi kakolot pisan, pada pada geus jadi aki-aki nini-nini.
  • Paluhur luhur diuk pagede gede kauntungan dina nyiar kipayah.
  • Panday tara bogaeun bedog Sasarina ari tukang mah sok tara bogaeun.
  • Papadon los ka kolong Cidra jangji, teu nedunan jangjina.
  • Peureum kadeuleu beunta karasa Inget bae, teu bisa poho. Biasana mah lain kana barang tapi ka jelema anu dipikancinta.
  • Piit ngeundeuk ngeundeuk pasir mikarep kaanu lain babadna, tangtu moal kasorang.
  • Pindah cai pindah tampian Robahna tempat matuh robah adat jeung kabiasaan.
  • Pinter aling laing bodo Pinter tapi embung kanyahoan ku batur, kusabab eta nyeta nyeta anu bodo.
  • Pipilih meunang nu leuwih koceplak meunang nu pecak Milih kalawan ati ati pisan ku lantaran hayang meunang nu leuwih hade, ngan ahirna meunang nu leuwih goreng.
  • Piruruhan katengahimahkeun Nu dusun didikan dibawa kana pasamoan.
  • Poek mongkleng buta rajin (atawa buta radin) Poek pisan.
  • Pondok jodo panjang baraya Saha oge jodoh urang silaturahmi kudu tetep dijaga.
  • Pupulur memeh mantun Menta ganjaran memeh aya jasa atawa menta buruhan memeh prak digawe.
  • Pur kuntul kari tunggul, lar gagak kari tunggak, tunggak kacuwatan daging Dina cidrana anu diborehan, boreh anu katempuhan, kudu mayaran hutang anu dipangnanggungkeun.
  • Puraga tamba kadengda Migawe hiji pagawean henteu jeung enya enya. Henteu ngandung maksud supaya hade hasilna ieu mah pada ulah dipaido bae.
  • Raweuy beuweungeun rambay alaeun Loba dahareun da loba pepelakan.
  • Rumbak caringin di buruan dina hiji kasusah atawa karerepet geus boga teu boga kolot anu mepelingan ka urang.
  • Rumbak kuntieun Henteu lengkep, aya bae anu kurang nu matak cua kana hate.
  • Rup ku padung rap ku lemah, katuruban ku taneuh beureum Maot. Sasarina ngeunaan kanyeri anu satungtung hirup moal poho sanajan nepi ka maot.
  • Rusuh luput gancang pincang Migawe naon bae anu rurusuhan, temahna matak kaduhung sabab hasilna teu matak nyugemakeun.
  • Sabobot sapihanean Sauyunan, sapapait samamanis sabagja sacilaka.
  • Sabuni buni anu ngising sanajan dibunian atawa disumputkeun oge ari laku lampah anu goreng mah awal akhir sok kudu kanyahoan bae.
  • Sagalak galakna macan taru nyatu anakna sanajan pohara bengisna nu jadi indung-bapa, umuna tara tega ka anu jadi anak.
  • Sagolek pangkek sacangreud pageuh Hanteu cidra kana jangji.
  • Saherang herangna cai beas Galibna hate teh hese pisan beresihna ka jelema anu geus bukti tas nganyernyeri ka urang.
  • Saherang herangna cibeas, moal herang cara cisumur Sasarina lamun geus aya pacengkadan sok tara hade deui cara bareto samemeh aya pacengkadan.
  • Sakecap kadua gobang Gampang ngambek jeung gampang ngadek deuih.
  • Sakiriciking duit sakocopoking bogo Naon bae anu matak narik kana hate urang.
  • Saluhur luhur punduk tara ngaliwatan hulu Sapinter pinterna murid pangartina moal ngaluhuran guru.
  • Samar polah samar rasa Henteu puguh tingkah upamana ku sabab tepung jeung jalma anu dipikacinta tapi kakara disidem dina hate bae, tacan bruk-brak
  • Sangsara di geusan betah Teuing ku miskin, teu boga naon naon pisan kulantaran geus embung digawe nyiar kipayah. Anehna the ari hirup mah hayang keneh.
  • Sapu nyere pegat simpay Paturay papisahan.
  • Sareundeuk saigel sabobot sapihanean sabata sarimbangan Sauyunan, layeut, tara aya pacengkadan.
  • Satengah buah leunca Teu jejeg ingetan, langlang lingling, kurang saeundan.
  • Satungtung deuleu Ngagambarkeun anu upluk-aplak lega pisan
  • Saumur nyunyuhun hulu Saumur hirup rumingkang di bumi alam.
  • Saungkab peundeuy Omongan anu pondok tur kurang manis.
  • Sengserang padung Ngeunaan awewe atawa lalaki anu boga keneh napsuna cara baheula keur ngora keneh, sasarina aya di jelema nu geus kolot, nu tereh paeh.
  • Sentak badakeun teu ceehan dina gawe, mimiti pohara getolna, tapi beuki lila beuki ngedul nu tungtungna teh diantep teu dipigawe pisan.
  • Sereg di panto logor di liang jarum nyingkahan hirup kumbuh jelema loba, sabab loba dosa, loba kasieun jeung kaera, betahna dinu suni nu teu aya jelema.
  • Sereg dibuana logor diliang jarum Kulantaran loba kasalahan atawa dosa, embung cicing di nu rame, sabab sieun, karesepna the di nu suni, nu euweuh jelema.
  • Seukeut ambeu seukeut deuleu loba mata-matana jeung pinter nyusud perkara (keur pagawean pulisi).
  • Seukeut tambang manan gobang Sakumaha gagahna wanina jeung ngalawana oge jalma jahat mah awal ahir tangtu katangkep pulisi.
  • Seuneu hurung cai caah Keur ambek, keur amarah, keur napsu.
  • Seuneu hurung dipancaran Nu keur napsu, heug ditambahan pisan pikakeuheuleun, tangtu bae ngambekna jadi tambah.
  • Seungit angin-anginan Seungit pisan meleber ka mana-mana
  • Seuseut batan neureuy keueus Hese pisan.
  • Sibanyo laleur Ledis pisan, teu nyesa saeutik eutik acan.
  • Silih jenggut jeung nu gundul Menta tulung ka papada anu sarua butuhna atawa sarua papada henteu boga.
  • Sirung ngaliwatan tunggul Darajat atawa milik anak ngaliwatan bapa.
  • Sosoroh ngadon kojor Kikiriman ku lantaran aya pangarahan tapi boro boro meunang kauntungan, kalahka meunang wiwirang jeung karugian.
  • Tamiang meulit ka bitis Malindes ka diri sorangan.
  • Tamplok batokeun Berehan teuing nepi ka urang mah susah.
  • Taraje nangeuh dulang pinande Saban tugas kudu dilaksanakeun kalawan alus sarta bener.
  • Taya tangan pangawasa Jiga anu dipupul bayu, henteu boga tanaga.
  • Taya halodo panyadapan taya eureuna digelendeng atawa di dicarekan (Terus bae digelendeng atawa dicarekan).
  • Teng anak teng, anak merak kukuncungan sipat-sipat nu aya di anak, babakuna nu hadena, sasarina loba anu diturunkeun ku kolotna.
  • Teu aya sarebuk samerang nyamu Teu aya saeutik eutik acan.
  • Teu beunang dikoet kunu keked Teuing ku koret, tara pisan tutulung ka nu butuh tatalang ka nu susah.
  • Teu boga pikir rangkepan Teu boga curiga saeutik eutik acan.
  • Teu busik bulu salambar teu regrog regrog, malah unggul dina juritna.
  • Teu cari ka Batawi tapi ka salaki hakan pake hayang ti salaki.
  • Teu diambeuan teu dipikarisi, teu dipikagimir, teu dihargaan/diajenan.
  • Teu didingding kelir teu dibuni buni, ditembrakeun bae, teu dirasiahkeun.
  • Teu dipiceun sasieur Sarua pisan teu aya bedana saeutik eutik acan.
  • Teu ditari teu ditakon Teu dipalire diantep bae, teu ditanya tanya acan.
  • Teu gugur teu angina Samemeh kajadian naon naon, teu aya pisan beja, lantaran atawa ciciren.
  • Teu jauh ti tihang juru teu anggang ti tihang tengah Nya goreng rupana nya goreng kalakuanana sok daek pulang paling.
  • Teu mais teu meuleum teu aya patalina pisan, teu pipilueun.
  • Teu ngalarung nu burung, teu nyesakeun nu edan ngalajur napsu ka awewe, ka anu halal jeung anu haram oge disaruakeun bae.
  • Teu nginjeum ceuli teu nginjeum mata Ngadenge jeung nenjo sorangan lain cenah jeung baruk.
  • Teu nyaho di alip bingkeng bodo teu bisa maca-maca acan, da teu sakola.
  • Teu puguh alang ujurna teu puguh entep seureuhna, teu beres lain kitu kuduna.
  • Teu wawuh wuwuh pajauh, teu loma tambah paanggang Sing wawuh tur sing loma sabab balukarna alus pisan.
  • Teui hir teu walahir, teu kakak, teu caladi teu aro aro acan Teu baraya, teu kaka, teu adi teu alo alo acan. Deungeun deungeun tulen.
  • Ti luhur sausap rambut ti handap sahibas dampal Menta dihampura tina rumasa geus salah atawa boga dosa.
  • Ti peuting kapalingan ti beurang kasayaban Sababaraha kali karurugian atawa karoroncodan.
  • Tiis ceuli herang mata ngeunah hate kulantaran ngeunah deudeuleuan jeung dedengean.
  • Tikoro andon peso ngadeukeutan jelema nu bakal ngahukum atawa nganyenyeri ka diri urang.
  • Tinggar kalongeun Teu sieun atawa teu nurut kulantaran remen teuing digelendeng atawa dicarekan.
  • Tipu keling ragaji Inggris pinter dina kajahatan, pinter dina ngbobodo atawa nipu.
  • Titip diri sangsang badan Mihapekeun maneh.
  • Titirah ngadon kanceuh sejana nyiar kasenangan, tapi jadina pinanggih jeung kasusah nu leuwih gede.
  • Totopong heureut dibeber beber, tangtu soeh nyukupan ku pangala nu sakitu saeutikna, tangtu bae matak jadi susah, lamun rejeki atawa pangala saeutik, ari keperluan jeung pangaluaran anu sakitu lobana.
  • Tugur tundang cuntang gantang Ngajalankeun pagawean pikeun Nagara, babakti ka nagara.
  • Tunggul dirarud catang dirumpak Euweuh anu dipikaserab, terus bae ngalajur napsu.
  • Tunggul sirungan, catang supaan Aya kajadian anu goreng atawa matak teu genah ahirna.
  • Tungkul ka jukut tanggah ka sadapan junun nyanghareupan pagawean anu dipilampah, teu kaganggu ku naon naon.
  • Ulah beunghar memeh boga ulah adigung nyeta nyeta anu beunghar, turtaning henteu atawa tacan boga pakaya.
  • Ulah cara ka kembang malati kudu cara ka picung Ulah sok bosenan ari ka pamajikan teh, hadena mah ti keur ngora keneh nepi ka geus kolot teh, lain beuki lila beuki bosen tapi kudu beuki lila beuki welas asih.
  • Ulah cara ka malati kudu cara ka picung Ulah ngurangan kanyaah kudu beuki lila beuki nyaah.
  • Ulah kabawa ku sakaba-kaba ulah kabawa ku nu teu puguh, maksudna kabawa jurig, dedemit.
  • Ulah keok memeh dipacok Ulah sieun saacan ngalakonan.
  • Ulah leutik hate Ulah sieun atawa putus pangharepan.
  • Ulah lunca linci luncat mulang udar tina tali gadang, omat ulah lali tina purwadaksina Kudu nuturkeun etika anu aya.
  • Ulah muragkeun duwegan ti luhur masing nyaah kana rejeki meunang hese cape ladang kesang, pacuan arek dimonyah monyah.
  • Ulah ngaliarkeun taleus ateul Ulah nyeubarkeun fitnah.
  • Ulah ngukur baju sasereg awak Ulah menyimpulkan nurutkeun diri sorangan
  • Ulah pagiri- giri calik, pagirang- girang tampian Ulah rebutan kakawasaan
  • Ulah pangkat memeh jeneng Ulah adigung adiguna hayang nyaruaan ka nu geus jeneng.
  • Ulah tiis tiis jahe kudu iatna, kudu cingceung.
  • Ulah unggut kalinduan ulah gedag kaanginan Ulah kagoda, ulah kaganggu atawa kabengbat ku rypa rupa, lamun urang keur nyanghareupan hiji maksud anu hade.
  • Uncal tara ridu ku tanduk Duduluran karumpul kabeh.
  • Ulah nyaliksik ku buuk leutik Ulah nyangsarakeun rakyat leutik.
  • Uyah tara tees kaluhur Galibna sipat indung bapa anu harade atawa anu goreng sok diturunkeun ka anak incuna.
  • Waspada permana tingal Bisa nyaho kana naon naon anu bakal kajadian.
  • Wiwirang di kolong catang nya gede nya panjang wiwirang nau pohara gedena